15 April 2009

Fungsi Masjid (Tinjauan Filosofi)


Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Secara
teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara
maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika
kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu
yang dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata
sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk
sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain atau karpet
yang dibuat khusus untuk salat orang per orang. Oleh karena itu
karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak
disebut sajadah.

Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti
khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan
untuk sujud dinamakan masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan
menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam
pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus
untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini
juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat Jum'at
disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak
maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya
digunakan untuk salat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di
kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau
bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya
tempat salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama
langgar atau surau.

Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang
dilakukan oleh Rasul dalam membangun masyarakat Madani di Madinah.
(1) mendirikan Masjid, (2) mengikat persaudaraan antar komunitas
muslim, (3) Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim, (4)
Membangun sistem politik (syura), (5) meletakkan sistem dasar
ekonomi, (6) membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan (7)
menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama
membangun masyarakat madani, konsep masjid bukan hanya sebagai
tempat salat, atau tempat berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah)
tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk memotifisir atau
mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian Masyarakat).
Secara konsepsional masjid juga disebut sebagai Rumah Allah
(Baitullah) atau bahkan rumah masyarakat (bait al jami`).
Secara konsepsional dapat dilihat dalam sejarah bahwa masjid pada
zaman Rasul memiliki banyak fungsi :
1. Sebagai tempat menjalankan ibadah salat
2. Sebagai tempat musyawarah (seperti gedung parlemen)
3. Sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan
(seperti kantor pengadilan) 4. Secara tak langsung sebagai tempat
pertemuan bisnis
Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat
pengembangan masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan
mendengar arahan-arahan dari Rasul tentang berbagai hal; prinsip-
prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat
Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar
pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan lima
kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun
kebersamaan.

Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana
bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding
ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini memberikan inspirasi
kepada Umar bin Chattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid,
dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna
ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih
berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid.
Itulah asal usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga
sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.

Wassalam, from agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com

22 September 2008

Laporan Keuangan Agustus - September

Pengurus Masjid Jami' Al Hidayah melaporkan keuangan setiap periode satu bulan. Sebelumnya setiap minggu pada hari Jum'at laporan keuangan itu dibacakan kepada jamaah. Namun karena pertimbangan lain maka pengurus berkebijakan untuk merubah laporan keuangan dengan cara dicntumkan pada edisi buletin Al Hidayah yang terbit setiap Jum'at.

Buletin itu sendiri disebarkan bukan saja kepada jamaah tetapi di setiap masjid yang berlangganan tiap edisi. Di berbagai wilayah seperti Ciledug, sekitar kebayoran Lama dan hingga ke kantor-kantor instansi. Di setiap edisi itulah laporan keuangan dicantumkan.

Adapun laporan keuangan terbaru tidak bisa ditayangan dalam buletin karena adanya masalah komputer masjid yang rusak hardisknya. Namun kini sudah diperbaiki dan buletin bisa terbit kembali, namun sayangnya tidak disertai laporan keuangan.

LAPORAN KEUANGAN MASJID 









Ramadhan Masjid Rame

Saat menjelang puasa ini, masjid Jami' Al Hidayah sangat ramai dikunjungi oleh jamaah. wajah-wajah baru bermunculan bahkan kegembiraan anak-anak terlihat saat mereka berebutan untuk saling mendapatkan barisan saf untuk taraweh. 

Ramadhan 1429 H. memang menyisakan kegembiraan pada para jamaah. Keseharian mereka yang sangat sibuk di hari biasa, namun di bulan ini, mereka dengan gembiranya khusu' mengikuti ritual ramadhan seperti taraweh. 

Banyak sekali partisipasi warga dalam kegiatan ramadhan di masjid. Seperti ta'jil berbuka puasa. Mereka dengan bergiliran mengantarkan makanan ala kadarnya seperti nasi dan lauk pauknya, es buah, atau buah-buahan segar bahkan makanan ringan seperti kueh-kueh kering dan basah. 

Satu persatu keluarga membawa makanan untuk dinikmati oleh para jamaah yang kebetulan berbuka puasa di masjid. SEbelum berbuka para jamaah ini melantunkan dzikiran, shalawatan dan lain-lain. Setelah itu mereka membatalkan puasa, lalu dilanjutkan dengan shalat berjamaah. 

Masjid yang terletak di Jl. Peninggaran Timur II RT.009/09 memang tidak seperti masjid besar di komplek namun semangat dan antusias jamaah dalam menghidupi shalat-shalat sangat intens. Tidak kurang dari lim baris kalau shalat wajib diselenggarakan. Apalagi kalau subuh hampir penuh oleh jamaah baik putra maupun puteri. Padahal pada hari biasa tidak sebegitu membeludak.

Kesan kami sebagai pengurus bulan puasa memang bulan berkah, terlihat dari jamaah saja bisa dilihat bagaimana kerohanian mereka. Harapan untuk mendapatkan ampunan dari Allah dan juga bisa memperoleh malam seribu bulan juga terlihat di sini. Saat memasuki malam ke duapuluhan ke atas, banyak jamaah yang ikut terlibat itikaf di masjid ini hingga menjelang sahur.

Akhirnya kita berharap semoga malam-malam dan siang harinya, masjid ini memperoleh siraman jamaah berupa semangat untuk mendekatkan diri kepada ALlah. Sesuai namanya Masjid Al Hidayah semoga saja siapapun yang masuk ke mari mendapatkan hidayah. Amin Ya Rabbal alamin